Banyuwangi (beritajatim.com) – Kasus angka kematian ibu (AKI) da angka kematian bayi di Banyuwangi cukup tinggi. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Secara khusus bahkan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menggelar rapat koordinasi bersama berbagai elemen kesehatan, mulai dari dokter, perawat dan bidan untuk mendorong penurunan AKI dan AKB. Tahun lalu, jumlah AKI di Banyuwangi tercatat 25 kasus.
Sedangkan jumlah angka kematian bayi sebanyak 134 anak. Melihat kondisi itu, pemerintah daerah berkomitmen untuk menekan angla tersebut. “Ini PR yang harus kita keroyok secara bersama. Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri,” kata Bupati Ipuk, Sabtu (29/4/2023).

BACA JUGA:
Banyuwangi Sinergi Dokter hingga Bidan, Turunkan AKI dan AKB
Menurut Ipuk, kedepan harus bersama menyamakan persepsi agar penanganan lebih cepat serta tanggap untuk mengantisipasi.
“Mari kita samakan persepsi dan menyatukan langkah untuk meningkatkan jejaring, kecepatan, dan kualitas pelayanan kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Banyuwangi,” ujar Ipuk.
Sebagai langkah promotif dan preventif, Ipuk meminta puskesmas melakukan deteksi dini dan pemantauan ibu dan anak sejak pra nikah, setelah menikah, saat hamil, hingga pasca kelahiran. Sementara untuk peningkatan SDM, Ipuk meminta agar dokter Sp.OG dan Sp.A secara rutin membahas permasalahan kesehatan ibu hamil dan bayi bersama puskesmas.
BACA JUGA:
Bupati Banyuwangi Dorong Inovasi Tekan Kematian Ibu Melahirkan
“Dokter obgyn dan anak saya minta lebih rutin sharing dengan bidan untuk mengatasi masalah-masalah di lapangan. Apakah treatment yang selama ini kita lakukan sudah tepat atau ada yang perlu dibenahi. Jejaring dan kolaborasi penting, sehingga pemicu AKI dan AKB bisa dideteksi dan dicegah sejak dini,” pungkasnya. [rin/suf]
Komentar