Bangkalan (beritajatim.com) – Angka stunting atau gangguan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi di Kabupaten Bangkalan, masih tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) jumlah stunting sebanyak 38 persen.
Kepala Dinas Kesehatan, Sudiyo menyampaikan, angka 38 persen yang dikeluarkan oleh SSGBI merupakan tertinggi nomer dua di Jawa Timur, setelah Lumajang. Survei itu dilakukan pada 33 lokasi khusus (Lokus) yang ada di Bangkalan. “Survei itu melibatkan 300 sample dan hasilnya sebanyak 38 persen mengalami stunting,” tuturnya, Senin (14/3/2022).
Meski begitu, ia menyebut angka itu berbeda dengan jumlah data di bulan timbang balita yang dilakukan setiap Februari hingga Agustus. Dari data tersebut, diperoleh angka 4,7 persen. Jumlah itu diakui sebagai angka riil stunting di Bangkalan.
“Kalau angka riil sesuai dengan pencatatan di lapangan itu sebanyak 4,7 persen dari 62 persen data timbang balita yang sudah dilaporkan. Sedangkan 38 persen balita belum tertimbang karena beberapa faktor salah satunya pindah tempat,” tambahnya.
Namun ia menyebut, saat ini angka stunting di Indonesia masih menggunakan hasil dari SSGBI. Sehingga, banyak program yang diterapkan untuk pengentasan stunting di Bangkalan. “Upaya terus kami lakukan dan setiap tahunnya berangsur menurun untuk jumlah stunting dk Bangkalan,” jelasnya.
Mantan Kepala Puskesmas (Kapus) Blega ini juga menyampaikan, program penurunan prevalensi stunting ini tugas bersama. Sehingga setiap instansi melakukan program penurunan stunting sesuai dengan masing-masing bidang.
“Kalau kami melakukan banyak hal, salah satunya pendampingan pada balita. Yang secara teknis dilakukan oleh bidan desa serta beberapa pihak yang telah ditunjuk di 16 lokus,” tandasnya. [sar/suf]
Komentar