Olahraga

Tidak Instan, Ini Alasan Timnas Sepakbola Thailand Sukses di Asean

(Foto: Dave Kim, unsplash)

Surabaya (beritajatim.com) – Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah tiga tim yang paling mendominasi di Asia tenggara atau ASEAN sampai akhir tahun 2000-an. Namun, peta kekuatan tim sepakbola ini terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, nama-nama seperti Thailand dan Vietnam adalah dua nama baru yang mulai mendominasi bahkan menggusur Indonesia.

Hal ini tentu tidak didapatkan secara instan dan bukan tanpa masalah. Sepakbola Thailand sudah mampu berbicara banyak di tingkat Asean, meski sempat diterpa berbagai masalah seperti vonis 16 bulan penjara terhadap Presiden FAT, Worawi Makudi. Dia terbukti memalsukan dokumen pada tahun 2013, namun itu tidak serta merta mempengaruhi kinerja klub-klub Thai Premier League.

Di tengah permasalahan yang terjadi, timnas Thailand tetap konsisten dalam mengelola aset-aset negara dalam bentuk pemain. Mulai dari perkembangan di akademi hingga persoalan branding klub juga masih berjalan dengan baik untuk menaikkan nilai tawar Thailand.

Ini dapat terbukti dari catatan impresif timnas Thailand di level Asia Tenggara. Pada tahun 2014, tim nasional U-23 Thailand mampu lolos hingga semifinal Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Prestasi U-19 timnas Thailand juga selalu konstan. Di ajang AFF Cup U-19, Thailand hanya sekali terhenti gagal masuk semifinal, tepatnya pada 2013. Sementar itu sisanya, Timnas Thailand selalu juara, atau paling tidak jadi runner-up maupun peringkat tiga.

Semua kemajuan sepak bola Thailand diawali sejak tahun 2009 lalu, saat terjadi revolusi besar-besaran dalam pengelolaan klub dan liga di Thailand. Ketika itu, AFC memberi sebuah persyaratan untuk klub agar bisa bertanding di AFC Champions League.

Dalam persyaratan itu diterangkan jika klub harus lepas dari instansi pemerintah juga dapat berdiri secara independen. Karena itulah, tak sedikit klub Thailand yang telah memenuhi syarat untuk berlaga di AFC Champions League.

Lalu pada tahun 2016 lalu, ada beberapa pencitraan yang dilakukan Thailand hingga berakhir sukses. Di tahun itu, Thailand menjadikan negara Inggris sebagai kiblat para pengelola liga dan klub sepakbola Thailand.

Dalam urusan ini, Thailand tidak main main yang dibuktikan dari jersey hingga stadion memiliki gaya hampir sama dengan Inggris. Melalui konsep itu, kebanyakan klub papan atas TPL mampu menarik sejumlah sponsor besar untuk menanamkan modalnya di klub. Selain memberikan jaminan keuntungan, stadion hampir selalu penuh dan aksesoris klub yang trendy selalu mampu terjual habis. [dan/tur]

Apa Reaksi Anda?

Komentar