Olahraga

Radina Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan, Kakek: Cucu Selalu Tanya Mama Pergi Kemana?

Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan bertemu dengan pimpinan DPRD Kota Malang.

 Malang (beritajatim.com) – Kisah memilukan diceritakan oleh Hari Prasetyo (56 tahun) warga Jalan Bandulan 1 J, Sukun, Kota Malang. Hari adalah ayah dari salah satu korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan bernama Radina Astrida Lufitasari (21).

Radina meninggalkan 2 putranya yang masih balita. Masing-masing adalah Yusril (3,5 tahun) dan Defan (1,5 tahun). Kedua buah hati mendiang Radina ini saben hari terus mempertanyakan pada Hari tentang keberadaan ibunya.

Situasi membuat keluarga bersedih dan kebingungan untuk memberikan jawaban. Keluarga selama ini terus menjawab bahwa mendiang Radina sedang bekerja mencari uang untuk biaya sekolah.

Hari dan keluarganya belum bisa menceritakan kabar yang benar tentang meninggalnya Radina dalam Tragedi Kanjuruhan. Sebab, keluarga tidak mau menambah kesedihan dari dua bocah malang ini.

“Mereka setiap hari tanya mamanya. Saya selalu sampaikan mamanya kerja. Saya hanya bisa jawab Mama kerja, nyari uang buat kamu sekolah,” kata Hari Rabu, (4/1/2023).

Melihat kondisi cucunya selalu bersedih, Hari pun turut tak kuasa menahan kesedihan itu. Dia menyadari kepergian anaknya adalah takdir. Tetapi keadilan dan imbas dari tembakan gas air mata harus diperjuangkan. Sebab, akibat kepergian Radina dua cucunya tak hentinya bersedih dan turut mempengaruhi psikologis dua cucunya.

“Karena biasanya setiap hari sama mamanya. Sering diam, mainan handphone, marah-marah bahkan tidur larut malam. Kalau malam sering tanya mamanya bahkan tidur paling sore itu jam 12 malam sekarang. Sering ngomong sendiri. Bahkan pernah tidak tidur,” ujar Hari.

Hari menuturkan hingga saat ini belum ada sama sekali pendampingan psikologis seperti Trauma Healing untuk cucunya. Hal ini dia lontarkan langsung pada pimpinan DPRD Kota Malang pada Selasa, (3/1/2022) kemarin.

“Psikologi pendampingan belum ada. Makanya saya tadi sampaikan bagaimana soal pendampingan psikologi ini. Cucu saya ini bagaimana, solusinya bagaimana,” tutur Hari.

Selain itu, Hari kebingungan dengan jaminan masa depan cucunya. Tidak hanya keadilan keluarga juga menuntut kesejahteraan bagi keluarga yang ditinggalkan apalagi mendiang Radina merupakan tulang punggung keluarga. Suaminya sedang berstatus narapidana.

“Masalah keadilan pemerintah yang tahu, karena kita rakyat kita sampaikan ke dewan (DPRD) kami menuntut kesejahteraan bagi anak-anak korban. Terutama cucu saya, mereka sekarang setiap hari tanya mamanya dimana. Saya selalu sampaikan mamanya kerja,” kata Hari.

Hari menuturkan, bahwa selain keadilan dan kesejahteraan dia juga membutuhkan pendampingan psikologis bagi dua cucunya. Dia juga memasrahkan pada yang kuasa jika keadilan tidak didapatkan di dunia keluarga korban berharap keadilan didapat di akhirat.

“Kita tuntut sekarang kesejahteraannya sampai mereka dewasa. Agar mereka tidak trauma mereka juga butuh pendampingan psikologis. Kalau soal keadilan pemerintah juga tahu masalah keadilan. Nanti Allah yang akan memberikan keadilan kalau mereka tidak mengakui perbuatannya,” tandas Hari. (luc/kun)



Apa Reaksi Anda?

Komentar