Surabaya (beritajatim.com) – Tahun 2017 merupakan tahun saat sepakbola Indonesia kembali mencoba bangkit usai dibekukan oleh Federasi Sepakbola Dunia, FIFA. Untuk memulai itu, PSSI secara resmi menunjuk mantan pelatih timnas Spanyol U-21 yaitu Luis Milla sebagai pelatih timnas U-23 dan Senior Indonesia.
Lawatan Milla ke Timnas mulai mengubah sepakbola Indonesia, mengenal gaya sepakbola modern yang diterapkan beberapa tim Eropa. Hingga ia membantu penyusunan kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia bernama “Filosofi Sepakbola Indonesia” alias “Filanesia”. Lalu bagaimana strategi dari Luis Milla saat mengasuh timnas Indonesia?
Dimulai dari formasi, Luis Milla punya pakem formasi utama 4-2-3-1. Formasi ini digunakan untuk Timnas U-23 dan Senior. Ketika menyerang shape akan berubah menjadi 2-4-1-3, fullback akan maju sejajar dengan dua pivot sementara satu gelandang serang menjadi penghubung antar lini tengah dan lini depan dengan memainkan peran free roam. Saat bertahan, shape akan berubah menjadi 4-4-1-1, shape ini menerapkan pertahanan secara compact ketika menghadapi tim yang punya level tinggi seperti ketika melawan Vietnam di ajang SEA Games 2017.
Milla menerapkan sepakbola proaktif pendekatan yang menekankan tim untuk menguasai bola, istilahnya Possession Based Football. Terutama ketika menyerang secara dominan akan menguasai bola. Ini terlihat di beberapa pertandingan timnas rentag tahun 2017-2018, sementara ketika bertahan pemain harus berusaha merebut bola secepat mungkin. Dalam cara ini Milla menuntut pemain untuk membangun serangan dengan baik dan aktif dalam menekan lawan agar dengan cepat kembali menguasai bola. Oleh karena itu mencuat pemain seperti Zulfiandi, Hansamu Yama Pranata, dan Hargianto yang jadi langganan timnas.
Luis Milla menggunakan dua tipe winger berbedam. Seringkali terlihat duet winger yang punya peran beda saat di timnas asuhan Milla bertanding. Contohnya Osvaldo Haay dan Febri Hariyadi. Febri kerap ditugaskan untuk bermain melebar dan memanfaatkan kecepatan guna menyisir wilayah sayap serta mengirim umpan silang. Osvaldo akan lebih sering untuk melakukan cut-inside dan aktif saat berada di kotak penalti.
Jurus utama terlihat dari striker yang berperan sebagai target man. Keberadaan satu winger yang memiliki tipe main mampu mengirim umpan silang, maka striker Target Man jadi pilihan utama Milla. Striker bertipe ini tidak hanya harus lihai duel udara, ia juga dituntut pandai dalam menahan bola dengan fisiknya. Ada nama seperti Beto Goncalves, Ezra Walian, dan Marinus Wanewar sebagai striker target man dan menjadi andalan Timnas asuhan Luis Milla. Itulah masa Timnas Indonesia yang cukup gahar saat kepemimpinan Luis Milla di sisi lapangan. [dan/esd]
Komentar