Olahraga

Ini Alasan Chelsea Suka Pinjamkan Puluhan Pemain

Twitter @ChelseaFC

Surabaya (beritajatim.com) Setiap tahun, Chelsea rutin untuk meminjamkan pemain ke klub lain. Bukan hanya satu dua, The Blues bahkan meminjamkan hingga puluhan pemain. Tahun 2015, gelandang muda Chelsea asal Brasil, Kennedy, dipilih oleh Adidas untuk masuk ke dalam daftar 10 wonderkid terbaik dunia kala itu.

Kennedy dibeli Chelsea dari Fluminense dengan biaya transfer 6,3 juta poundsterling, Kenedy diprediksi akan jadi winger sukses. Terbukti memang, Kenedy bermain cukup banyak di musim perdananya berseragam Chelsea dan mampu mencetak 2 gol.

Namun, karena dirasa belum cukup untuk masuk tim utama Chelsea, dia lalu dipinjamkan ke banyak klub. Kenedy saat ini masuk sebagai anggota ‘tentara pinjaman’ Chelsea, yang belum punya masa depan pasti, dan terus keliling dunia dengan status pinjaman. Nasib serupa tak hanya dialami Kenedy, puluhan pemain berstatus pinjaman milik klub London barat itu bertebaran.

Sistem ini seperti jadi rutinitas Chelsea tiap tahun. Mereka akan membeli pemain muda dengan harga murah. Tentunya dari hasil rekomendasi tim scout, lalu dikontrak dan dipinjamkan ke klub

lain. Tujuan utama Chelsea melakukan ini adalah untuk investasi. Jika ada pemain yang penampilannya bagus, maka pemain akan mendapatkan tempat di skuad utama. Sebaliknya, jika loan-nya gagal, si pemain akan pinjamkan terus hingga mencapai performanya terbaik, atau bisa dijual dengan harga baik.

Salah satu klub langganan loan army Chelsea adalah Vitesse. Setidaknya terhitung ada 28 pemain “The Blues” yang pernah dipinjamkan ke klub tersebut. Nama seperti Nemanja Matić, Lucas Piazon, Gaël Kakuta, Charly Musonda hingga Mason Mount pernah membela Vitesse. Kemudahan Chelsea memasok para pemainnya ke Vitesse dikarenakan Abramovich memiliki hubungan erat dengan petinggi klub Eredivisie tersebut.

Sejak tahun 2003 era transformasi kepemilikan Chelsea dari Ken Bates ke Roman Abramovich, pria asal Rusia itu memang merubah sistem klub secara menyeluruh. Dimulai dari ketidakseganan klub untuk memecat jajaran direksi atau staf yang kurang baik dalam kinerja, jumlah investasi yang luar biasa besar, sampai kebijakan membentuk loan army ini. Dari awal 2010 lalu, “The Blues” rutin meminjamkan belasan sampai puluhan pemainnya ke luar negeri. Mereka bahkan dibuatkan group chat WhatsApp khusus, guna saling berkomunikasi. Menurut eks kiper Chelsea, Jamal Blackman, group chat itu berisi obrolan santai layaknya antar teman. “Kita rutin lakukan cek kabar satu sama lain. Jika ada rekan yang main bagus, kita saling memuji juga.” tutur Blackman dilansir dari GOAL.

Untuk mengurus sistem loan army ini, Chelsea memiliki tim internal tersendiri yang berisikan empat mantan pemainnya, yakni Tore André Flo, Paulo Ferreira, Carlo Cudicini, dan Claude Makélélé. Mereka bertugas untuk memantau perkembangan para pemain pinjaman, termasuk mengatur dari sisi bisnisnya. Sistem ini juga sangat membantu Chelsea mengakali financial fair play (FFP).

Chelsea mampu beli pemain mahal, sembari terus memanen uang komisi dari klub yang meminjam jasa pemain mereka, atau melepas si pemain secara permanen ke klub peminjam tentu dengan harga tidak murah.

Contohnya pemain yang mendatangkan untung bagi Chelsea yaitu Tomáš Kalas. Dia di loan sana-sini selama 9 musim, sebelum akhirnya resmi jadi milik Bristol City pada 2019 lalu, sewaktu performa Kalas sudah bagus. Ada juga Nathan yang meski dijual dengan harga lebih rendah dari harga beli, tapi tetap menghasilkan pundi uang. Tidak hanya untung bagi Chelsea, sebab si pemain juga mendapat pengalaman bermain.

Sistem ini juga berguna buat para lulusan akademi Chelsea yang diprospek jadi bagian tim The Blues di masa depan. Untuk musim 2021/22 saja, ada 22 pemain Chelsea yang di-loan ke klub lain. Mereka akan dapat menit bermain, juga terus berkembang. [dan/esd]



Apa Reaksi Anda?

Komentar