Surabaya (beritajatim.com) Pemain sepak bola profesional pasti punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ada pemain yang cadas bila ditempatkan pada posisi tertentu, namun saat ditempatkan pada posisi berbeda justru tampil kurang maksimal.
Ada juga pemain yang tampil kurang konsisten, meski bertempat pada satu posisi. Kendati begitu, tuntutan persaingan dalam masuk ke skuat utama sebuah klub sepakbola kadangkala menuntut seorang pemain punya banyak keahlian.
Oleh karena itu, tak heran bila banyak pemain yang saat ini saling berebut agar punya keahlian versatile. Tujuannya agar terus dipercaya pada skuat utama klub. Lalu, apa sebenarnya istilah pemain versatile itu?
Pemain versatile, merupakan julukan bagi seorang pemain yang mampu bermain di banyak posisi sekaligus, di luar posisi aslinya. Versatile juga dapat diartikan sebagai pemain yang mampu tampil sama baiknya di luar posisi aslinya. Secara gampang pemain versatile, bisa disebut dengan pemain serbaguna.
Di era sepakbola modern , kemampuan versatility menjadi kemampuan yang wajib dimiliki bagi setiap pemain sepakbola, karena itulah pemain Versatile sangat dibutuhkan seorang manajer klub guna meracik strategi terbaik. Selain karena kebutuhan taktik dan strategi yang jauh lebih kompleks dibandingkan sepakbola jaman dulu, kemunculan pemain versatile juga terjadi akibat padatnya jadwal kompetisi yang diikuti sebuah tim setiap musim.
Tidak hanya itu, kebutuhan akan pemain versatile sangat diperlukan muncul saat sebuah tim tengah diterpa badai cedera. Cedera yang seringkali terjadi, biasanya akibat jadwal padat sehingga pemain mengalami kecapean.
Salah satu pelatih terkenal yang sudah menghasilkan banyak pemain versatile adalah Pep Guardiola. Pep Guardiola ketika membesut Bayern Munchen beberapa musim lalu pernah diterpa krisis bek tengah akibat cedera. Dengan kejeniusan Pep, ia kemudian memanfaatkan David Alaba (LB) dan Joshua Kimmich (DMF) guna mengisi kekosongan posisi kosong. Hasilnya, alternatif Pep itu berhasil. Bahkan, berkat Pep kedua pemain itu kini mampu bermain apik di beberapa posisi sekaligus.
Sebenarnya banyak sekali pemain Eropa yang punya kemampuan serba bisa. Namun hingga sejauh ini, tercatat jika hasil didikan Pep Guardiola merupakan yang paling sukses karena mampu mempertahankan konsistensi skill di berbagai posisi. Saat masih menangani El Barca, Pep punya pemain sekelas Lionel Messi, Javier Mascherano, dan Cesc Fabregas. Di Bayern, Pep mampu membentuk pemain versatile seperti David Alaba, Joshua Kimmich, Javi Martinez dan Philipp Lahm yang cekatan bermain di luar posisi aslinya. Sementara kini, saat Pep jadi pelatih Manchester City, ia punya kemampuan versatile dalam diri Kevin De Bruyne, Ilkay Gundogan, dan Pablo Zabaleta.
Bukan hanya di Eropa, Indonesia juga punya beberapa pemain versatile, seperti Rachmat
Irianto yang mampu berperan di banyak posisi sekaligus mulai dari bek tengah, gelandang bertahan hingga gelandang tengah. Ada pula ex pemain yang bersinar di Timnas Indonesia pada piala AFF, Irfan Bachdim yang bisa bermain di segala posisi lini depan baik itu di lini sayap juga Second Striker. Jangan lupakan pula andalan Timnas Indonesia saat ini Manahati Lestusen dan Asnawi Mangkualam. Mereka mampu berperan sebagai seorang fullback dan sebagai gelandang bertahan, kemampuan di berbagai posisi kedua pemain tersebut juga sama baiknya. [dan/esd]
Komentar