Surabaya (beritajatim.com) – AJP (20), tersangka penganiayaan di Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya yang menewaskan juniornya RF (19) mengaku pernah mendapatkan perlakuan yang sama saat AJP masih junior. Hal itu diungkapkan AJP saat press rilis yang diselenggarakan Polrestabes Surabaya, Jumat (17/2/2023).
Di depan awak media, AJP menjelaskan kenapa ia menganiaya RF (19) di kamar mandi dengan dua pukulan mutlak di bagian perut hingga menyebabkan RF tewas. “Pada awalnya memang dulu saya ada pengalaman di situ (kamar mandi),” ujar AJP.
Saat ditanya lebih lanjut apakah dirinya pernah menjadi korban, AJP hanya mengangguk membenarkan pertanyaan wartawan. AJP juga mengakui jika kekesalannya terhadap korban lantaran sering menerima informasi jika RF kurang respek terhadap para seniornya. “Motifnya rekan saya pernah bilang ini junior apatis sekali. Kepada senior tidak respek,” imbuhnya.
Ditanya terkait tiga orang temannya yang mengantar korban ke kamar mandi, AJP mengaku jika dirinya tidak mengajak rekannya tersebut. “Awalnya saya sendirian tiba-tiba banyak yang ikut. Awalnya tidak mau memukul. Hanya berbicara. Biar yang lain mulai respek begitu pak,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Mirzal Maulana belum memberikan tanggapan resmi terkait pengakuan AJP yang juga pernah menjadi korban.
Sebelumnya diberitakan beritajatim.com, kasus penganiayaan RF (19) taruna muda di Politeknik Pelayaran Surabaya yang tewas usai dianiaya seniornya AJP (20) terus bergulir. Terbaru, Satreskrim Polrestabes Surabaya telah memeriksa 21 saksi untuk menetapkan tersangka baru. Perlu diketahui, sejauh ini Penyidik Unit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya baru menetapkan satu tersangka.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, Kompol M Fakih mengatakan, pihaknya terus bekerja untuk menyelesaikan kasus ini secara tuntas. Ia meminta semua pihak bersabar untuk memberikan ruang kepada penyidik bekerja dengan maksimal. “Sudah 21 saksi diperiksa. Sementara tersangka masih satu (AJP). Pasti kami usut tuntas dan tidak menutup kemungkinan akan ada tersangka lain,” ujar Fakih saat dihubungi Beritajatim, Sabtu (18/02/2023).
Fakih menerangkan, hasil autopsi juga telah membuktikan bahwa tersangka tewas karena dua pukulan di bagian perut yang dilakukan oleh AJP dengan tangan kosong. “Motifnya korban dianggap kurang hormat oleh tersangka,” tegas Fakih. [ang/suf]
Komentar