Hukum & Kriminal

8 Kasus Kekerasan Seksual Anak di Kediri Masuk Persidangan, Psikolog Beber 3 Hal

Kediri (beritajatim.com) – Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Kediri tahun 2023 cukup tinggi. Belum genap satu tahun, sebanyak 8 kasus sudah masuk persidangan.

Tingginya kasus kekerasan seksual anak di Kota Kediri ini mendapat perhatian banyak pihak. Salah satunya TP PKK Kota Kediri melalui program Sekolah Bagi Perempuan Beka Tantangan Hidup di Masa Depan Nanti atau Selimut Hati.

Sementara itu, psikolog IAIN Kediri Tatik Imadatus Saadati membeberkan tiga hal penting dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Dari sudut pandang psikologi, pertama adalah struktur otak laki-laki dan perempuan. Dimana, laki-laki 2,5 kali lebih besar dari perempuan dan isinya, diantaranya seks,” kata Ima dalam press conference Program Selimut Hati di Kediri, pada Senin (28/8/2023).

Hal kedua, kata Ima, proses terjadinya seksual karena ketidak seimbangan otak manusia. Dia menyebut otak bagian depan kurang mendapatkan asupan norma dan agama.

“Ketiga, ada beberapa style berbusana yang tidak tahu bagaimana respon lawan jenis. Kita tidak tahu apakah pelaku itu bisa menahan nafsunya atau tidak dengan stimulus itu,” terang Ima.

Baca Juga : Kasus Mutilasi di Jombang dan Yogya, Ini Kata Psikolog UMBY

Tiga hal tersebut, kata Ima, bisa menjadi bahan masukan bagi semua pihak, terutama Pemerintah Kota Kediri dalam mengatasi kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Bagaimanapun juga untuk dampak kekerasan seksual ini sangat membahayakan. Bahkan, ada korban yang sampai bunuh diri,” jelasnya.

Berdasarkan pengalamannya dalam mendampingi korban kekerasan seksual, Ima membeberkan fakta tentang fenomena korban kekerasan seksual yang kemudian mencari korban baru kelak.

“Ada korban yang menikmati pelecehan seksual ini. Kemudian melakukannya pada orang lain. Bermula dadi dilecehkan, kemudian tidak ada yang mendampingi, dia balas dendam,” ucapnya.

Kasus kekerasan seksual, imbuh Ima, juga memicu terjadinya perilaku LGBT. Dia pernah mendampingi korban kekerasan seksual yang kemudian balas dendam pada laki-laki. Tetapi setelah bosan, pindah pada perempuan.

“Maka perlu ada pemahaman tentang seksualitas dan dampak serta management seksual itu terjadi. Dampak yang paling menakutkan adalah bunuh diri dan melakukan dampak baru lagi,” pesan Ima.

Terpisah, Ketua TP PKK Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar mengatakan, program Selimut Hati akan membentengi remaja, khususnya akan gadis dari tindakan kekerasan seksual. Terlebih, Kota Kediri akan memasuki dunia baru menjadi kota metropolitan dengan berbagai tantangan.

Melalui program Selimut Hati, remaja Kota Kediri akan mendapatkan wawasan kesehatan, psikologi, pemberian informasi dan ketrampilan bagi mereka. Dan Mereka akan memahami hak-haknya sebagai perempuan.

“Mau Kediri metropolitan atau tidak, tantangan itu tetap ada. Tetapi dengan Sekolah Selimut Hati ini, remaja bakal punya bekal untuk menghadapi itu,” terang Bunda Fey, panggilan akrab istri Wali Kota Kediri ini.

Meskipun TP PKK, imbuh Bunda Fey, belum bisa mengcover seluruh warga Kota Kediri, tetapi standing posisi lembaga ini jelas dalam hal penanggulangan kekerasan seksual melalui jalur sekolah atau kelurahan.

“Saya tidak mendukung kasus kekerasan seksual di damaikan. Tetapi selalu mendorong ke ranah hukum,” tegas Bunda Fey.

Data Kantor Pengadilan Negeri Kota Kediri menyebutkan, sejak Januari hingga Agustus 2023 ini sudah ada 8 kasus kekerasan seksual yang masuk dalam persidangan.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pemberantasan kasus kekerasan seksual, pengadilan memberikan hukuman berat terhadap para pelaku. [nm/ted]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar