Jayapura (beritajatim.com) – Sambil ditemani suara angin dan melihat kapal bersandar menjelang senja serta angin, yang berhembus sepoi-sepoi, yang membawa dalam suasana romantis, kita seakan tak ingin beranjak menikmati senja di puncak Jayapura City atau Bukit Polimak.
Dan kota Jayapura adalah kota dengan lanskap yang menarik. Ibukota Papua ini memiliki pantai dan teluk yang berdekatan dengan bukit-bukit, sehingga menawarkan panorama sangat cantik.
Menjelang malam, Puncak Jayapura City menawarkan pemandangan yang berbeda karena lampu-lampu di kota mulai menyala. Gemerlapnya Jayapura terasa begitu indah dan romantis.
Namun berhati-hatilah saat menyusuri jalur di sini, karena lokasinya yang cukup curam di ketinggian. Wisata Puncak Bukit Polimak memiliki ketinggian sekitar 256 meter di atas permukaan laut atau mdpl.
Tidak terlalu sulit untuk mendapatkan lokasi tempat ini karena dari jauh puncak Jayapura ini sudah terlihat. Ada tulisan besar dan simbol keagamaan yakni salip.
Hanya butuh waktu 20 menit jika kalian menginap di kawasan A Yani kota Jayapura ke tempat ini dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat. Tak perlu merogoh kantong mahal karena untuk masuk ke tempat ini gratis.
Salah satu wisatawan asal Surabaya, Dwi Puspitasari yang mencoba sensasi menikmati senja sambil minus es kelapa muda yang baru saja dipetik di dekat kawasan ini.
“Jayapura ini ternyata kalau senja bagus banget, cocok buat pacaran, tempatnya romantis abis, apalagi menikmati senja berdua sambil liat pemandangan bukit, laut dan lampu kelap kelip kota,” ungkap gadis berhijab yang menjadi tim kesehatan KONI Jatim ini.
Yang paling menarik adalah bisa melihat langsung ke arah Samudera Pasifik yang terbentang luas beserta aktivitas bongkar muat yang dilakukan di bagian dermaga.
Di atas puncak bukit ini, Anda akan menemukan banyak menara-menara pemancar stasiun televisi serta beberapa menara milik provider seluler. Sebenarnya, fungsi dari puncak ini memang sebagai tempat berdirinya menara-menara pemancar tersebut, karena letak bukit yang berada di kawasan paling tinggi.
“Kalau udah malem huruf-huruf besar ini akan bercahaya karena dihiasi dengan lampu-lampu. Tetapi ingat, Anda harus berhati-hati ketika mendatangi huruf-huruf ini, karena tidak adanya pagar pembatas untuk menjaga keamanan,” imbuhnya.
Walaupun tidak adanya pungutan biaya resmi untuk mengunjungi Puncak Bukit Polimak, tetapi karena sistem masyarakat di Papua yang masih menganggap tanah di Papua adalah tanah adat, tak jarang Anda akan dipinta biaya wisata yang kadang cukup mahal.
Jadi, sebisa mungkin siapkan uang yang lebih agar Anda bisa membayar mereka. Tidak ada gunanya juga berdebat, karena hal ini sudah menjadi kebiasaan yang sudah berjalan cukup lama. [way/but]
Komentar