Malang (beritajatim.com) – Sore ditemani udara dingin kota Malang, patung Chairil Anwar berdiri kokoh samping Gereja Paroki Hati Kudus Yesus.
Di sekitar tempat yang juga akrab dengan nama Gereja Kayutangan itu, patung Chairil berada pada area putaran kendaraan di bagian depan.
Banyak yang masih meraba-raba tentang keberadaan patung Chairil Anwar di kota Malang. Mengapa bisa ada patung itu di kota Malang? Kapan Chairil pernah singgah di kota ini? Pertanyaan-pertanyaan itu sedikit terjawab dengan penjelasan dari FX Domino BB, sejarawan asal Malang.
Pria yang akrab disapa Sisco itu memaparkan jika patung Chairil Anwar di Kota Malang berdiri pada sekitar tahun 1955.
“Salah satu inisiator pembuat patung itu adalah Pak Achmad Hudan Dardiri,” terangnya saat diskusi melalui instagram @penerbitkpg (20/07/2022).
Awalnya, lokasi yang kemudian jadi patung Chairil Anwar hanya taman putaran biasa. Titik yang berada di samping depan gereja yang berdiri pada tahun 1905. Jika membuka kembali album foto lawas di sekitar tahun 1935, akan terlihat suasana Malang tempo dulu.
“Pada tahun itu, Malang masih belum ramai. Terlihat dari beberapa foto saat itu Malang hujan, saya membayangkan udara masih begitu dingin. Terlihat sejumlah pedati yang lalu-lalang di jalan tersebut. Situasi tersebut jelas berbeda dengan Kota Malang kini yang penuh kendaraan.”
Sekitar 1947, titik tersebut masih menjadi masih menjadi tempat atau taman putaran jalan. Titik itu juga menjadi saksi saat pasukan marinir Belanda datang dari arah Lawang untuk menguasai Malang melalui agresi militer pertama.
Semua kondisi tersebut berubah ketika masuk pada tanggal 6 September 1948. Pada sebelah kiri taman dihias sedemikian rupa untuk merayakan 50 tahun atas kepemimpinan Ratu Wilhelmina. “Juga menjadi momen pergantian Ratu Wilhelmina dengan putrinya, Ratu Yuliana,” paparnya saat menjelaskan.
Perayaan tersebut dapat terjadi karena Malang dikuasai oleh Belanda. Serupa dengan Surabaya, Malang harus merayakan hal sama. Namun setelah tujuh tahun berlalu, lokasi itu justru berganti untuk menjadi tempat dari patung Chairil Anwar. Seseorang yang berhasil mengubah peta sastra di Indonesia termasuk Kota Malang.
Menurut Sisco, patung Chairil Anwar secara resmi didirikan pada 28 April 1955. Saat itu, tidak hanya Hudan Dardiri yang merupakan guru bahasa di SMAN 1 Malang yang hadir. Namun Wali Kota Malang, M. Sardjono juga ikut andil.
Awalnya, patung itu masih satu sama tinggi dengan jalan. Namun saat ini patung Chairil Anwar sudah ditinggikan lebih satu level dari jalan. Selain itu, juga diberikan tembok kecil semacam pagar pembatas antara patung dengan jalan.
Berdasarkan rekam jejak sejarah, patung tersebut berdiri juga sebagai bentuk pengabadian ketika Malang memperingati hari Chairil Anwar. Kegiatan itu dipimpin langsung oleh kritikus sastra Indonesia, HB Jassin. Bersamaan dengan kegiatan tersebut digelar acara sayembara sajak, sandiwara dan lain-lain. Jika melihat proses pendirian tersebut, maka benarkah Chairil Anwar pernah singgah dan berkunjung ke kota Malang?
Menurut sejarawan itu, jejak Chairil Anwar di Malang juga terlihat dari dua sajaknya yang pernah ditulis berjudul ‘Sorga’ dan ‘Doea Sadjak Boeat B. Resobowo’. Kedua puisi yang ditulis di Malang bertitimangsa pada 1947. Sebenarnya ada satu puisi lain berjudul “Malam di Pegunungan” berangka tahun 1947, namun tidak ditemukan teksnya.
“Konteks sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar lebih ke perasaan mengeluh. Karena proses pembuatan sajak tersebut diciptakan dalam suasana kebatinan Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Malang. Kegiatan itu berlangsung 25 Februari hingga 5 Maret 1947.” Jelas pria berkacamata melalui Instagram.
Proses Chairil Anwar menulis sajak, menurut FX Domino, sebenarnya berada di tengah-tengah perhelatan sejarah nasional. “Sekurangnya ada dua alasan. Pertama, momentum menyetujui atau tidaknya Perjanjian Linggarjati. Kedua, mulai menajamnya kekuatan politik kiri dan kanan di Indonesia menjelang peristiwa Madiun 1948. Jadi ini merupakan momentum sejarah revolusi Indonesia,” imbuhnya.
Dengan adanya patung Chairil Anwar di Kota Malang, dia juga menegaskan, ini sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai putaran jalan. Monumen ini juga menjadi semacam penyemangat dari para sastrawan yang lahir, berproses, dan tinggal di kota Malang. (dan/ted)
Komentar