Gaya Hidup

Hobi Turun Temurun, Pria Lamongan Ini Kembangkan Bisnis Bonsai Orang Tua

Khoirul Fatikin saat berada di toko bonsai miliknya, di Desa Dagan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.

Lamongan (beritajatim.com) – Dari masa ke masa, pesona dan daya tarik tanaman bonsai selalu mendapat tempat di hati para pencinta tanaman. Bentuk akar dan batangnya yang unik, kerap menjadikan bonsai sebagai tanaman yang eksklusif dan memiliki harga yang fantastis.

Dengan daya tariknya yang tinggi, hal itu membuat banyak orang memutuskan untuk berkecimpung dalam dunia tanaman bonsai. Dan di antara para pengrajin bonsai yang ada, sebagian dari mereka telah menekuni dunia bonsai sejak lama, bahkan secara turun temurun dari keluarganya.

Satu di antara pengrajin tersebut adalah Khoirul Fatikin, warga Desa Dagan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Ia mengaku, telah terjun dalam dunia tanaman bonsai sejak dirinya kecil. Hal tersebut lantaran dipengaruhi oleh orangtuanya yang memang seorang petani dan memiliki hobi membentuk serta merangkai tanaman bonsai.

Selain itu, pria yang akrab disapa Fatikin ini juga mengatakan, bahwa saat ia kecil sudah sering diajak bapaknya untuk mencari bahan tanaman ke hutan yang akan dijadikan sebagai bonsai. Tak cukup itu, bonsai hasil kreasi bapaknya itu pun juga ramai dikunjungi oleh para pembeli yang berasal dari luar daerah Lamongan.

“Untuk hobi terhadap tanaman bonsai ini memang sudah lama, dari orangtua, turun temurun. Waktu masih kecil sudah sering melihat dan diajari cara membentuk bonsai oleh bapak saya. Saya suka dengan bonsai mungkin faktor dari orang tua, yang suka sama bonsai lalu menurun ke saya. Intinya bonsai itu unik dan seninya ada. Itu yang membuat saya suka dan tertarik,” ungkap Fatikin, Sabtu (2/10/2021) malam.

Mengenai proses merangkainya, Fatikin menuturkan, bahwa selama merangkai bonsai itu para pecinta atau pengrajin harus mengetahui jenis-jenis tanamannya. Menurutnya, dari berbagai macam jenis bonsai yang ada, mereka memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Bahkan, kata Fatikin, merawat bonsai itu seperti merawat bayi.

“Bonsai ini cara merawatnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Kita diharuskan untuk teliti dan rajin memantau pertumbuhannya. Harus diperlakukan seperti bayi dan diperhatikan terus agar bisa hidup sehat dan tidak stres. Jangan salah, tanaman bonsai ini pun bisa stres kalau tidak dirawat dengan gemati,” tuturnya.

Tak hanya itu, Fatikin juga memberikan tata cara dalam merawat bonsai yang tak sulit. “Caranya agar tidak terlalu sulit, penyiraman tiap hari 2 kali, pemupukan 1 minggu sekali dengan dosis yang tepat agar tidak over dosis, dan pemangkasan. Setelah itu kita lihat, kalau soal pengawatan itu memakai kawat aluminium khusus untuk bonsai, lalu dibentuk sesuai aturan bonsai agar batangnya seperti yang kita inginkan, gitu aja,” imbuhnya.

Kendati demikian, Fatikin mengaku bahwa selama merawat bonsai itu juga diperlukan pengorbanan. Hal itu seperti yang ia lakukan saat kerap melakukan eksperimen, maka tak jarang ia harus rela mengalami kegagalan. “Kadang jika kita bereksperimen itu juga menemui kegagalan, namun dari situ kita akan memiliki pengalaman dan tambah pengetahuan,” sambungnya.

Lalu, meski selama bertahun-tahun Fatikin menggeluti tanaman bonsai, namun ia mengatakan justru semakin penasaran dengan dunia bonsai. Bagi Fatikin, bonsai adalah seni yang tidak ada habisnya. Hal itu dikatakannya lantaran selama tanaman bonsai masih hidup, maka selama itu pula tanaman bonsai dapat tetap dibentuk dan dikembangkan.

“Bonsai ini seni yang tidak pernah ada matinya, ia tak sama seperti seni lainnya yang ketika sudah dibuat maka selesai prosesnya. Bonsai adalah tanaman yang hidup. Meski bonsai memiliki tampilan dan bentuk yang sudah nampak indah saat dirangkai, namun ia belum tentu selesai, ia masih terus bisa dikembangkan, kecuali jika tanaman dan orang yang merawatnya mati,” ucapnya.

Hingga saat ini, Fatikin telah memiliki koleksi hingga ratusan tanaman bonsai yang ia bentuk dan dikembangkan secara mandiri. Koleksi bonsai miliknya pun kini beragam varian, mulai dari serut, cemara, asam, kimeng, santigi dan masih banyak lagi yang ia tampilkan di toko bunga depan rumahnya. Bahkan, dengan aneka bentuk, ada yang terjun menjuntai, memutar, meliuk, akarnya menyatu dengan batu, serta bentuk unik lainnya. Harganya pun sangat bervariatif.

Berdasarkan informasi yang diserap dari Fatikin, bonsai memiliki 4 kategori berdasarkan ukurannya, yakni Mame dengan ukuran 0-15 cm, Small berukuran 15-30 cm, Medium 30-60 cm, dan Large dengan ukuran 61-150 cm. Selain memberikan rasa tenang dan menyegarkan pikiran, seni bonsai juga bisa dijadikan sebagai bisnis yang menggiurkan.

Selanjutnya, Fatikin juga mengaku beberapa kali mengikuti kompetisi atau kontes bonsai. Ia menyebut, ada 3 kategori yang biasanya disediakan dalam kontes bonsai, yaitu kategori regional, madya, dan utama. Tiap kategori memiliki persyaratan masing-masing.

“Untuk kategori regional yaitu bonsai yang belum pernah mengikuti kompetisi atau yang belum pernah menang. Sedangkan kategori madya yaitu sebelumnya telah mengikuti kontes di kategori regional dan menang, lalu kategori utama adalah kategori yang sudah sering mengikuti kontes. Bisa dibilang kategori ini seperti kenaikkan tingkat, jadi tidak sembarangan bonsai bisa masuk kategori,” paparnya.

Kemudian untuk penilaian dalam kontes, hal tersebut dilihat dari ukuran, kesehatan pohon, kerapian, dan beberapa hal lainnya. Dalam kontes bonsai, biasanya hadiah tidak berupa uang, melainkan sertifikat. Karena sertifikat tersebutlah yang bisa mendongkrak bonsai memiliki nilai yang tinggi. Semakin sering lomba, bisa menang, serta mendapatkan sertifikat, maka akan semakin tinggi nilai bonsai yang dimiliki.[riq/kun]

Apa Reaksi Anda?

Komentar