Ekbis

Petani Banyuwangi Pelihara Burung Hantu di Sawah, Ini Tujuannya

Banyuwangi (beritajatim.com) – Petani Banyuangi khususnya di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo memiliki kebiasaan unik. Mereka mulai mengambangbiakkan burung hantu di tengah persawahan.

Tuajuannya, Petani Banyuwangi ini ingin mengendalikan hama tikus pertanian. Langkah itu disambut positif oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Bahkan pemerintah setempat memfasilitasi 342 rumah burung hantu (rubuha) untuk disebar ke sejumlah wilayah pertanian yang tingkat populasi tikusnya tinggi.

Program ini disambut positif para petani. Salah satunya Solikin, ketua kelompok tani Sri Rejeki dari Desa Kedungasri, Tegaldlimo. Solikin juga salah satu penerima rubuha dari pemkab.

Dia menyebut, bersama petani lain di wilayahnya sudah sejak 2019 menggunakan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus di lahannya. Menurutnya, cara ini sangat bermanfaat. “Alhamdulillah dapat tambahan. Kita pasang rubuha di setiap areal HIPPA. Semoga adanya tambahan rubuha ini bisa semakin membuat sawah kami lebih aman dari hama tikus,” ujarnya.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebut, adanya rumah burung hantu selain membantu petani juga menjadi salah satu pendukung pelestarian burung hantu. “Ini lebih ramah lingkungan. Selain mengurangi penggunaan pestisida, juga mendukung pelestarian burung hantu yang ternyata sangat bermanfaat bagi petani. Hewan ini merupakan predator alami tikus sehingga bisa melindungi tanaman petani,” kata Bupati Ipuk Fiestiandani saat meninjau langsung lahan pertanian Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi M. Khoiri menjelaskan, burung hantu dipilih sebagai predator dikarenakan memiliki kemampuan mendeteksi mangsa dari jarak jauh. “Hewan ini memiliki pendengaran yang sangat tajam serta mampu terbang dan menyergap mangsanya dengan cepat tanpa suara,” terangnya.

Ukuran tubuhnya relatif lebih besar, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak. Dalam sehari, kata Khoiri, burung hantu besar dapat memangsa tikus hidup sebanyak 3-5 ekor dengan jangkauan terbang hingga 12 km. “Burung hantu mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. Ini menjadikannya sebagai alternatif solusi yang paling efektif untuk menekan populasi tikus,” kata Khoiri.

Dia menambahkan, penggunaan burung hantu sebagai pengendali tikus tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar. Burung hantu akan datang secara sendirinya ke lokasi-lokasi yang terdapat banyak tikus, yang merupakan mangsanya. Cukup difasilitasi rumah burung hantu (rubuha) di sekitar areal persawahan, mereka akan menetap di lokasi tersebut.

“Tidak butuh waktu lama, rubuha yang disiapkan pasti akan ditempati. Ini sangat efisien bagi petani, dan yang paling penting tidak berdampak negatif terhadap lingkungan,” ujar Khoiri.

Pembangunan rubuha bertujuan sebagai tempat transit burung hantu liar dan diharapkan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu untuk bisa berkembang biak, sehingga keberadaan burung hantu juga dapat dilestarikan.

Dalam program ini, Banyuwangi menyiapkan 342 rubuha yang akan disebar ke sejumlah wilayah dengan tingkat populasi tikus tinggi. Termasuk Kecamatan Tegaldlimo yang mendapatkan alokasi 27 rubuha. Sebelumnya, di kecamatan ini sudah terdapat 60 rubuha yang tersebar di 6 desa. “Dengan program ini, kita harapkan kelestarian burung hantu semakin terjaga. Diiringi dengan penurunan hama tikus sehingga produksi padi dan pendapatan petani semakin meningkat,” jelas Khoiri. (rin/kun)

Apa Reaksi Anda?

Komentar

beritajatim TV dan Foto

BPOM RI Segel Jamu Tradisional di Banyuwangi

Korban Pelecehan Harus Berani Lapor

Coba Yuk Spa Kurma di Surabaya

Ketika Melaut Tak Harus Mengantri Solar