Malang (beritajatim.com) – Petani di kecamatan Pujon, kabupaten Malang menjelaskan jika ada sejumlah faktor yang jadi penyebab harga cabai meroket. Budi Alfarizi (27) menjelaskan jika salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah karena perubahan cuaca yang sangat tidak menentu.
“Merawat cabe itu sangat sulit, apalagi dengan perubahan cuaca yang tidak menentu ini. Tanah di daerah Pujon jadi kurang produktif saat ditanami cabe dengan kondisi cuaca yang kadang hari ini panas, besok tiba-tiba hujan. Atau paginya cerah, siangnya tiba-tiba hujan,” kata Budi saat dihubungi, Kamis (7/7/2022).
Dia juga menjelaskan kalau tanaman cabai itu butuh waktu 6 bulan sampai proses panen. “Sebelum kondisi cuaca yang ekstrim ini petani bisa panen sampai lebih dari seminggu. Sementara kalau saat ini, saat nanti kita mulai tanam lagi di bulan 11, mulai panen bulan 4. Namun saat panen paling hanya 5 hari sampai 1 minggu saja,” ujar petani cabai yang saat ini mengelola 2000 meter persegi itu.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan panen cabe berkurang karena hama tanaman yang semakin merebah. “Kalau di disini, sekarang lagi banyak hama yang menyerang tanaman, khususnya tanaman cabai. Hama tanaman seperti tikus dan lalat buah membuat panen jadi berantakan,” ungkapnya.
Budi juga menjelaskan biasanya jika kondisi harga cabai sedang naik, banyak petani yang menanam cabai. “Sementara saat cabai harganya anjlok, seperti saat pandemi itu, sedikit sekali petani yang nanam cabai. Kalau sudah naik, baru banyak lagi yang menanam. Ya saya berharap saja kalau harga cabai bisa stabil. Perkiraan saya harga mahal ini masih akan cukup lama terjadi,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Muhammad Harirus Sole (28), petani lain di Kecamatan Pujon kabupaten Malang kenaikan harga cabai ini terjadi akibat biaya produksi yang tidak seimbang dengan jumlah panen. “Untuk perawatan tanaman cabai kan butuh pupuk, harga pestisida sekarang juga naik. Jadi, cukup wajar sekarang cabai naik,” pungkasnya. (dan/kun)
Komentar