Ngawi (beritajatim.com) – Kepala Dinas Sosial Ngawi Budi Santosa membantah jika penyaluran bantuan pangan non tunai (BPNT) jadi biang naiknya harga telur di pasaran Ngawi.
Budi menyebut kenaikan harga telur yang sudah terjadi sejak sebelum pencairan BPNT untuk keluarga penerima manfaat (KPM) sebanyak 99.677 orang di Ngawi. Justru, BPNT pun turut kena imbasnya. Lantaran, jumlah telur yang tadinya 20 butir untuk tiap paket, kini tinggal 16 butir saja.
“Kami sempat minta telurnya hanya dikurangi dua buyir per paket, artinya per paket dapat 18 butir. Tapi karena akan merugikan penyedia karena biaya produksi mereka juga sudah tinggi, akhirnya ya dapat 16 butir saja. Kalau dibilang jadi penyebab naiknya harga telur ya tidak ya, karena terjadinya gak di Ngawi saja,” kata Budi, Minggu (28/8/2022).
Dia membenarkan jika sebelumnya BPNT sempat dicairkan berupa uang tunai. Namun, kali ini kembali.dicairkan berupa bahan pangan sesuai namanya. Itu pun sudah dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis dari kementerian sosial.
“Kami di daerah ini hanya sebagai pengawas saja. Apakah sudah semua KPM ini mendapatkan haknya. Kemudian, bahan pangan yang diberikan ini sudah sesuai dengan standar atau belum, jika belum kan kami yang diminta melaporkan. Jadi kalau perkara teknisnya sudah sesuai dengan arahan kemensos,” lanjutnnya.
Dia menargetkan penyaluran untuk bulan Juni dan Juli segera diselesaikan pada Agustus ini. Dia memprediksi untuk bansos di bulan Agustus akan dicairkan bersamaan dengan September atau mungkin dirapel hingga Oktober. Itu pun sesuai dengan arahan kemensos. “Ini baru sekitar 50 persen. Kami targetkan akhir Agustus ini rampung,” pungkasnya. [fiq/but]
Komentar