Ekbis

Harga Jagung di Jember Anjlok, Petani : Kenapa Tidak Diekspor?

Jumantoro, Ketua Asosias Petani Pangan Indonesia Jatim mempersoalkan anjloknya harga jagung

Jember (beritajatim.com) – Harga jagung di Kabupaten Jember, Jawa Timur, anjlok. Petani meminta pemerintah pusat dan daerah bertindak cepat untuk menyelamatkan para petani dari potensi kerugian yang besar,

Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia Jawa Timur, Jumantoro mengatakan, harga jagung gelondong saat ini Rp1.600-1.700 per kilogram. Sedangkan jagung pipil kering Rp3.600-3.700 per kilogram.

“Ini belum panen raya, harga jagung sudah terjun bebas. Kalau harga pipil di bawah Rp4.000 per kilogram, petani bukannya untung tapi buntung,” kata Jumantoro, Kamis (7/7/2022).

Padahal, kata Jumantoro, harga gelondong basah sempat mencapai Rp2.300-3.000 per kilogram. Sementara pipil kering Rp5.000-5.300 per kilogram.

“Kami tak berharap harga mahal, tapi wajar yakni Rp 2.300 – 2.500 untuk gelondong sawah dan Rp 4.500 – 5.000 untuk pipil kering,” kata Jumantoro.

Jumantoro mempertanyakan anomali harga jagung lokal dibandingkan harga jagung luar negeri. Dia heran harga jagung impor lebih tinggi dari jagung lokal.

“Harga jagung di luar negeri mahal. Kok harga jagung di Indonesia murah sekali? Kami mohon pemerintah pusat agar lebih peduli kepada petani jagung. Mau apa lagi petani ini? Masa harus turun ke jalan lagi. Ini kondisi nyata. Pemerintah pusat agar lebih peka,” kata Jumantoro.

Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kencong, Hendro Saputro mengatakan, titik impas produksi jagung petani ada pada harga Rp5.000 per kilogram. Di bawah itu, harga menjerat petani.

“Kalau pas harganya Rp3.600 – 3.800 per kilogram, bagaimana pemerintah memikirkan nasib petani? Pupuk (bersubsidi) sekarang dibatasi, sebagian dihapus. Jelas untuk menambah alokasi pupuk, kami harus membeli non subsidi. Terus analisis usahanya berapa sekarang? Sekitar Rp 40-45 juta dengan uang sewa lahan, bagaimana ini?” katanya.

LPP NU Kencong mendesak agar pintu ekspor dibuka di tengah krisis pangan yang melanda sejumlah negara luar. “Di luar negeri, harga jagung semakin naik karena ada krisis pangan. Anehnya di Indonesia kok semakin turun? Ini ada apa?” kata Hendro.

Jika alasannya adalah over kapasitas, Hendro mempertanyakan mengapa tidak malah diekspor. Padahal, harga jagung di luar negeri sedang tinggi.

“Kalau kita memang over persediaan jagung, kenapa tidak diekspor? Kalau ekspor ditutup, kan aneh ceritanya. Padahal ekspor menyerap jagung petani. Tolong ini dipertanyakan, tolong ekspor dibuka lagi,” kata Hendro.

Hendro meminta Bupati Jember Hendy Siswanto agar berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk mencari jalan keluar. “Atau mungkin resi gudang mulai diaktifkan kembali, jagung petani dibeli. Fungsi resi gudang di situ. Menyikapi harga jagung yang murah, dibantu subsidi oleh Pemkab Jember sampai harga stabil,” katanya. [wir/beq]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar