Ekbis

Batik Tulis Daliwangun Lamongan, Identitas Desa Berbasis Ekonomi Kreatif

Umbar Basuki, pengrajin Batik Desa Daliwangun saat menjalankan aktifitas membatiknya.

Lamongan (beritajatim.com) – Batik Daliwangun adalah salah satu hasil karya anak bangsa dari Lamongan yang merupakan perpaduan antara seni, teknologi, dan filosofi dari akar sejarah yang ada di Desa Daliwangun Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

Batik tulis rintisan Umbar Basuki, warga asal desa setempat tersebut, memiliki karakter yang tegas, mulai dari warna dan desain yang dihadirkan. Batik Tulis Daliwangun ini ditulis di kain yang telah disiapkan dan dibatik menggunakan lilin atau malam dengan alat yang bernama canting.

“Motif batik yang ada di Desa Daliwangun ini, untuk ciri khasnya adalah motif pohon wangun dan burung dali, tapi kalau untuk kearifan lokalnya banyak, seperti pohon jati, polo pendem, dan flora fauna yang ada di sekitar Daliwangun ini,” ujar Umbar Basuki kepada beritajatim.com, Rabu (8/9/2021).

Lebih lanjut, Umbar Basuki menyampaikan, sejak dirintis pada awal tahun 2020 lalu, Batik Daliwangun terus berinovasi untuk menyuguhkan karakteristik batik yang khas dan berkarakter. Meski selama perjalanan merintis tersebut, pria berumur 28 tahun itu mengaku harus dihadapkan berbagai rintangan.

“Batik Tulis Daliwangun ini memang sangat baru sekali. Namun, kami tetap berupaya untuk menyajikan produk batik yang terbaik dan berkarakter. Sehingga bisa digandrungi oleh banyak kalangan,” imbuhnya.

Dipilihnya motif utama pohon wangun dan burung dali ini, Umbar Basuki menceritakan, hal tersebut diangkat dari cerita rakyat yang ada di Desa Daliwangun. Selain itu, pihaknya juga ingin mengingkatkan kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan fauna dan flora.

“Cerita rakyat desa ini yang kita angkat dan kita jadikan sebagai ciri khas kita. Motif flora fauna, seperti burung hantu, polo pendem, pohon jati, dan lain-lain itu karena saya ingin meigingatkan kepada orang-orang bahwa flora fauna itu harus dilindungi. Flora fauna yang ada di kain batik saja bagus, apalagi flora fauna yang masih hidup, kan lebih indah dan bagus,” tandasnya.

Tak hanya itu, Umbar Basuki menyebutkan, bahwa Batik Daliwangun ini juga memiliki kelebihan berupa cantingan yang halus, desain yang lebih original dan limited edition. Proses pengerjaannya pun mulai dari pembuatan pola desain, pelukisan, pewarnaan, pembatikan dengan lilin, hingga pencucian dilakukan dengan ketelitian yang tinggi.

“Kita sistemnya masih custom, jadi pemasaran kita lewat media sosial atau online. Sasaran kita memang menengah ke atas, karena memang custom. Pembeli pun kebanyakan dari luar daerah, seperti dari Ternate, Semarang, dan lain-lain. Dalam sebulan, rata-rata saya bisa menghasilkan 4 potong kain batik, yang masing-masing harganya 450 ribu,” paparnya.

Mengenai tenaga pengrajin batik di Desa Daliwangun, Umbar Basuki mengaku, bahwa saat ini jumlah tenaganya masih kurang dan minim. “Sementara hanya saya, kemarin baru melaksanakan pelatihan. Nah, dari situ kemudian menyaring ibu-ibu yang punya minat dan bakat untuk ditarik jadi pengrajin yang bisa mencanting,” kata alumnus jurusan seni rupa murni, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

Ke depan, Umbar Basuki mengharapkan, bahwa pemerintah bisa memberikan pendampingan dan bantuan berupa alat dan bahan batik, yang bisa digunakan dalam pelatihan, khususnya kepada ibu-ibu setempat. Sehingga nantinya akan ada banyak pengrajin batik di Daliwangun yang bisa menjalani aktivitas produksi secara teknis dan pemasarannya.

“Saya ngomong apa adanya, kadang kalau bantuan atau apapun dari pemerintah agak kurang. Karena memang sampai saat ini saya masih survive sendiri dengan teman saya. Saya berharap akan ada bantuan dari pemerintah, sehingga bisa mengangkat kondisi perekonomian di kawasan ini, utamanya di sektor kerajinan batik,” harapnya.

Selain itu, Umar Basuki menargetkan, bahwa nantinya di Lamongan wilayah selatan akan juga menjadi sentra batik seperti yang ada di Sendangduwur Paciran. “Intinya jadi pelopor batik tulis di daerah Lamongan selatan. Sehingga desa-desa lain bisa terdorong untuk bisa melakukan produksi dan berkompetisi secara baik dan sehat,” pungkasnya.

Peran Serta UNISLA Lamongan Terhadap Pelestarian dan Pemasaran Batik Daliwangun
Sebagai informasi, beberapa waktu yang lalu, sebagai bentuk pembinaan dan pemberdayaan, Universitas Islam Lamongan (UNISLA) melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi telah membantu masyarakat di Desa Daliwangun Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan, dalam mengembangkan Batik setempat.

Pengembangan Batik Daliwangun yang merupakan budaya lokal tersebut, dilakukan dengan cara melibatkan dan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di Desa Daliwangun dalam pelatihan. Selain itu, UNISLA juga membantu dalam hal pemasaran Batik Daliwangun, guna meningkatkan ekonomi dan kemajuan desa, utamanya selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.

“Tujuan semua ini adalah demi memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dalam melestarikan budaya Batik Tulis Daliwangun yang merupakan identitas desa berbasis ekonomi kreatif, melalui pelatihan dan pemasaran,” ujar Alvina Zulfa Ulinuha, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi, saat dikonfirmasi, Rabu (8/9/2021).

Lebih jauh, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merdeka UNISLA dari kelompok 28 turut memberikan pelatihan IT ke perangkat Desa Daliwangun. Hal itu dilakukan untuk menunjang desa setempat dalam memasarkan batik dan mempromosikan potensi-potensi lain yang ada di desa.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Ahmad Hanif Fahruddin menjelaskan, bahwa pelatihan IT ini digelar karena sekarang posisi IT dan dunia digital sangatlah penting. Menurutnya, perkembangan kemajuan perekonomian desa itu salah satunya ditentukan oleh SDM desa di bidang IT.

“Meski pelatihan yang dilakukan kali ini masih ada kekurangan, setidaknya pelatihan ini bisa menjadi titik awal untuk membuat pelatihan-pelatihan selanjutnya. Apalagi Desa Daliwangun mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan. Kami yakin Desa Daliwangun nantinya akan berkembang sangat pesat,” jelas Hanif.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa (Kades) Daliwangun, Moh Yusuf memberikan apresiasi kepada mahasiswa KKN yang telah mengadakan pelatihan IT untuk perangkat Desa Daliwangun.

“Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman mahasiswa yang telah melakukan kegiatan pelatihan IT bagi perangkat Desa Daliwangun. Alhamdulillah melalui pelatihan tersebut, kami merasa sangat terbantu,” ujar Yusuf, Kades Daliwangun.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kerjasama pembinaan ini terjalin setelah sebelumnya dinyatakan lolos dalam seleksi penerima Program Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.[riq/kun]

Apa Reaksi Anda?

Komentar