Malang (beritajatim.com) – Alpukat pameling yang dikembangkan oleh PT Pameling Raja Nusantara (Paranusa) di Desa Wonorejo, Lawang, Kabupaten Malang menjadi percontohan optimalisasi kelompok petani di Indonesia. Mereka mampu menyediakan bibit pohon alpukat plus bonus konsultasi dan bimbingan teknis kepada petani.
Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, alpukat pameling milik PT Paranusa akan dikembangkan demi merambah pasar dunia. PT Paranusa akan dijadikan role model di Indonesia. Sebab, alpukat yang ada memiliki kualitas tinggi dan ukuran jumbo dibandingkan alpukat biasanya.
“Menjadi salah satu ekositem produk pertanian alpukat dan akan kita kembangkan prosesingnya. Selain dijual sebagai alpukat untuk dimakan tetapi juga bisa dibuat produk lainnya yang bisa menyerap tenaga kerja. Nanti akan dihubungkan dengan ekosistem ekspor ini tidak hanya satu tempat tapi akan dikembangkan ke seluruh Indonesia,” kata Wimboh, Minggu, (5/9/2021).
Alpukat pameling memiliki keistimewaan ukurannya lebih besar dengan bentuk yang agak lonjong. Satu buah bisa memiliki berat 600 gram hingga 2 kilogram. Memiliki buah tebal, berwarna kuning dengan biji yang kecil. Lalu produktivitas pohonnya cukup banyak, satu pohon bisa menghasilkan 400 kilogram buah.
“Alpukat yang berkualitas tinggi dan akan terus dikembangkan dan diproses supaya memberikan penyerapan tenaga kerja dan juga untuk ekspor. Jika ini dilakukan akan memberikan dorongan ekonomi kita tentunya orientasinya ekspor. Pemerintah akan hadir melihat dan membantu ekosistem ini sampai pada ekspor. Dan perbankan dengan Pameling Raja Nusantara ini sudah diberikan KUR dalam model klaster, sampai KUR pada ekspor,” ujar Wimboh.
Bupati Malang, M Sanusi mengatakan, bahwa Malang menjadi sentra pengembangan bibit alpukat pameling di Indonesia. Selain di Lawang, Kabupaten Malang juga punya kebun alpukat pameling di wilayah Wajak. Per pohon bisa menghasilkan Rp6 juta dari panen alpukat pameling. Dalam waktu dekat panen raya akan dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.
“Petani sekarang itu sudah pandai sudah pinter tentang analisa ekonomi. Ketika analisa ekonominya tinggi petani akan tanam alpukat pameling. Sudah ditanam 50 hektare di Wajak umur 2 tahun nanti tahun ketiga siap panen dan Pak Presiden akan datang. Itu ditanam di lahan warga, produktifitas 1 pohon 400 kilogram dengan harga Rp30 ribu bisa Rp6 juta (per pohon),” kata Sanusi.
Sementara itu, ketua Gapoktan Karya Makmur, Dadang Pramudya mengatakan, bahwa budidaya alpukat pameling sudah dilakukan sejak 2016 lalu. Tetapi meledak lagi dalam satu tahun terakhir, pada tahun 2020 lalu pembibitan alpukat pameling kembali bergairah. Saat ini sudah ada 8 ribu bibit targetnya bisa mencapai 1 juta bibit.
“Dulu petani menjual hanya sekedarnya. Hanya ala kadarnya. Sekarang lebih dari itu, bisa ekspor dan diolah. Dulu kami khawatir mau dijual kemana. Sekarang antusias karena sakarang sekilo bisa Rp30 ribu lebih. Sekarang berbondong-bondong menanam alpukat karena 10 ton sekali panen. Dan ini tidak mengenal musim satu tahun bisa dua atau tiga kali panen,” tandas Dadang. [luc/suf]
Komentar